Jurnal Realitas.com, Jakarta | Tahun 1960-an menjadi saksi dari diluncurkannya penerbangan angkasa berawak pertama. Pada dekade yang sama, Toshiba menciptakan mesin sortasi surat pertama di dunia pada tahun 1967. Dengan kemampuan untuk membaca kode pos tulisan tangan dan memilah enam huruf per detik, mesin mempercepat sortir surat secara dramatis, yang sampai saat itu dilakukan secara manual.
Teknologi di balik inovasi ini adalah teknologi pengenalan karakter optis atau optical character recognition (OCR) yang sangat akurat. Tidak seperti karakter yang dicetak, karakter tulisan tangan istimewa, mereka bisa berbentuk acak atau ditulis sembarangan. Mesin sortasi surat harus mampu mengenali karakter tanpa membuat kesalahan.
Teknologi OCR Toshiba yang diciptakan 50 tahun yang lalu adalah perintis AI yang diterapkan dalam berbagai cara saat ini. Hal ini juga mengingatkan kita bahwa tahun ini Toshiba merayakan 50 tahun sebagai perusahaan AI.
Robot bisa jadi AI, tetapi AI bukanlah robot
Film sering menunjukkan AI kepada kita dalam bentuk sebuah Robot yang bisa mengobrol dengan orang-orang dan menjawab pertanyaan mereka. Hal ini telah menciptakan semacam stereotipe bahwa AI adalah sistem berbasis dialog. Apakah begitu sebenarnya?
Definisi AI yang tepat tergantung pada siapa Anda bertanya. Prof. Yutaka Matsuo dari Universitas Tokyo, pakar AI terkemuka Jepang, mendefinisikan AI sebagai “seperti kecerdasan manusia yang secara artifisial diciptakan, atau teknologi untuk membuat hal yang sama.” Prof. Toyoaki Nishida dari Universitas Kyoto lebih menyukai “mekanik yang memiliki kecerdasan atau pikiran.” Kepada siapapun Anda bertanya, kata yang sulitnya adalah ‘kecerdasan.’
American Psychological Association mendefinisikan “kecerdasan” sebagai “kemampuan untuk belajar, beradaptasi dengan situasi baru, dan menggunakan pengetahuan untuk membuat pilihan adaptif.” Menurut definisi ini, sistem yang mengenali gambar atau pidato dan “belajar” berbagai pola dalam masing-masing lingkungannya dan kemudian “membuat pilihan adaptif” adalah yang memiliki kecerdasan. Teknologi dasar seperti sistem pengenalan gambar dan pidato dapat didefinisikan sebagai AI, dalam arti bahwa mesin dapat mewujudkan proses yang berhubungan dengan kecerdasan manusia.
Teknologi OCR yang diciptakan Toshiba 50 tahun yang lalu, untuk membedakan “3” dari “5” dengan membaca tulisan tangan dan memilah surat sesuai kode posnya, adalah apa yang sekarang disebut AI.
Penelitian AI dimulai pada akhir 50-an, tetapi telah berangsur menghilang pada akhir 60an. Tahun 1980-an sekarang dikenal sebagai ledakan (boom) kedua, dan kita sekarang bisa dikatakan sebagai “Ledakan AI yang ketiga.” Kemajuan penting AI saat ini terletak pada dua inovasi: aplikasi praktis dari mesin pembelajaran yang memungkinkan perolehan pengetahuan dari data yang besar; dan pembelajaran mendalam dimana AI dapat melakukan ekstraksi fitur otomatis. Meskipun penelitian AI telah mengalami masa dingin diantara ledakan (boom) nya, Toshiba telah terus mengembangkan inti teknologi AI dalam bidang-bidang seperti pengenalan bicara dan gambar, sintesis dari pidato, terjemahan, dialog dan pemahaman tentang maksud.
Maju ke depan bersama AI
Masyarakat menghadapi tantangan yang kompleks; dengan mengutip beberapa contoh, pemanasan global, ledakan informasi, penuaan populasi di negara maju, cuaca ekstrim dan bencana alam, dan kepadatan lalu lintas.
Dengan slogan “Berkomitmen untuk Orang, Berkomitmen untuk masa depan,” Toshiba bertujuan untuk memberikan kontribusi dalam memecahkan masalah sosial melalui bisnis – dan sekarang mempercepat upaya tersebut dengan menerapkan AI dalam bisnis.
AI sedang diterapkan di berbagai bidang. Dalam meningkatkan produktivitas pabrik. Sebagai contoh, di Yokkaichi Operations, di mana Toshiba memproduksi memori NAND Flash, AI sedang digunakan untuk mengoptimalkan operasi pabrik. Di masa depan, Toshiba bertujuan untuk menggunakan pengetahuan dan pengalamannya dalam mengembangkan pembangkit listrik dan peralatan kontrol dalam meningkatkan efisiensi operasi pembangkit listrik.
AI sedang diintegrasikan ke dalam produk. Sebagai contoh, pengenalan gambar LSI Toshiba untuk aplikasi otomotif dapat memproses data gambar dengan akurasi tinggi dan mendukung terwujudnya kendaraan tanpa pengemudi (driverless).
Di luar ini, Toshiba memperluas lini layanan komunikasi AI yang menerapkan pengenalan gambar, pengenalan suara dan pengolahan bahasa. Salah satu solusi yang dikembangkan di sini adalah layanan terjemahan simultan berbasis mesin.
Toshiba bertujuan untuk memberikan solusi dengan AI yang telah lama diolah sebagai kekuatan pendorong, sebagai tambahan dari pengetahuan dan kemampuan data besar dari perusahaan yang telah dibangun dalam lingkup infrastruktur sosial. Masyarakat mengharapkan Toshiba untuk memberikan nilai baru yang belum ada. (Tim)
Komentar