JURNALREALITAS.COM, OPINI – Saya Kanjeng Senopati memberikan Apresiasi untuk tulisan bagus ini terhadap dr. Lois Owien seorang dokter yang berani, tajam dan peka dalam memaparkan secara terintegrasi, sistematis dan jujur kasus kematian Covid.
(Hendrajit, Wartawan Senior)
PENANGKAPAN terhadap dokter Lois Owien kemarin, saya rasakan ada atmosfer baru yang beda dengan kejadian-kejadian sebelumnya. Kali ini kalau ada yang bermaksud menciptakan atmosfer teror mental dengan penangkapan ini, sepertinya siap-siap saja untuk kecewa.
Bagi dokter Lois sendiri, penangkapan ini, atau bahkan mungkin ketika nanti dibawa ke meja hijau, membuat dirinya senang, karena akan jadi forum untuk memaparakan dan menjelaskan secara ilmiah dengan bukti duduknya perkara Covid ini secara terintegrasi, sistematis dan rinci.
Bagi kepolisian, menangani sosok model dokter Lois ini saya bisa bayangkan merupakan kasus baru yang fenomenal. Saya bisa bayangkan sesi penyidikan berubah jadi forum perkuliahan dengan materi-materi baru dan ilmu baru medis.yang tak terbayang bagi para perwira penyidik kepolisian.
Bagi forum pengadilan, kalau nanti toh harus dibawa ke meja hijau dengan satu dan lain cara, lagi-lagi merupakan forum dan ruang wacana publik bagi dokter Lois membeberkan kerangka pemikiran dan pandangannya soal Covid19 dari sudut pandang yang baru. Benar-benar paparan ilmiah, bukan sekadar katanya-katanya.
Bagaimana soal dia nggak tercatat sebagai anggota IDI? Rasanya terlalu formalisitik banget. Saya 16 tahun jadi wartawan juga bukan anggota PWI. Bahkan AJI sebagai tandingan PWI sejak 1994 yang mana saya ikut jadi deklrator berdirinya, kalau ditanya kartu anggota pun sampai hari ini nggak punya.
Lantas apakah dr Lois dokter? Apapun ceritanya, dia pernah praktek sebagai dokter umum. Yang jelas Putri asli Tarakan ini, lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia pada 2009.
Menurut cerita senior saya di jurnalistik, mas Dahlan Iskan, dr Lois Owien tidak terdaftar di IDI semata urusan administratif karena dia entah kenapa males ngurusnya waktu pindah dari Tarakan. Artinya di sini jelas ini bukan soal reputasi dan krediblitas. Dia dicoret dari daftar karena tidak mengurus. So, murni soal adminitratif. Kenapa males ngurus ya itu soal lain.
Dokter Lois memang seperti diakuinya sendiri fokus ke spesialisasi hormon penuaan, yang memang tidak terlalu dianggap masuk bagian dari kedokteran. Tapi fakta dasarnya tetap dia adalah dokter. Dan almarhum ayahnya, juga manteri kesehatan di Tarakan. Jadi pasti ada DNA yang sama seperti bapaknya juga. Dokter berjiwa tabib.
Namun seperti yang saya tulis kemarin, urusan soal seperti ini nggak ada urusannya soal bidang atau profesi apa kita sekarang. Charles Darwin awalnya peneliti yang hari-harinya neliti sirip ikan, toh akhirnya melegenda sebagai penemu teori evolusi yang justru reputasinya dikenal di disiplin ilmu biologi ketimbang zoologi.
Keengganannya mengurus keanggotaannya di IDI setempat yang boleh jadi berakar pada hilangnya minat untuk buka praktek dokter, menurut saya sebuah gambaran lumrah yang pada satu masa pernah juga saya alami, rasa jenuh menjalani rutinitas kerja, yang kemudian terdorong mengikuti dorongan hati, ingin merambah ranah baru yang lebih membuka kemungkinan dan kesempatan baru yang lebih menantang. Namun sesuai dengan passion atau hasrat sejati yang melekat pada sifat bawaan lahir diri yang bersangkutan.
Dan inilah yang membawa dokter Lois seperti situasi sekarang. Bahwa dalam situasi Pandemi sekarang, dia berada di tempat dan waktu yang tepat sebagai sang juru warta, untuk melihat dari balik tabir apa yang sesungguhnya terjadi terkait Covid19. Tentu saja menurut versi pandangan dirinya yang khas dan unik.
Dokter Lois Owien Menurut Kanjeng Senopati (Healing Therapist Practitioner)
Menurut saya dr. Lois Owien bukan tidak percaya terhadap Covid, dia percaya dengan virus Corona. Tapi dr. Lois tidak percaya bahwa virus Corona itu dikatakan penyebab dari segala kasus kematian selama ini.
Tidak menutup dari pro dan kontra tapi sebenarnya pendapat dan analisa dr. Lois Owien ini sependapat dengan para pakar dokter yang lain seperti dr. Siti Fadilah, dr. Tifauziah dan Prof. Dr. dr Nadom.
Anehnya ada yang mematahkan pernyataan dr. Lois dengan di tuduh sebagai orang yang terganggu jiwanya? Ini bentuk penyanggahan yang tidak ilmiah dan menampakkan bahwa para penentangnya tidak bisa menjawab argumen analisa dr. Lois secara secara terintegrasi, sistematis dan jujur.
Yang jelas suara dan pernyataan dr Lois telah mewakilkan kita semua dan para dokter lainnya yang sepaham dengannya tapi tidak berani bersuara karena takut ada tekanan dan bakal kena strap dari si “penguasa” diatasnya bila berani menentangnya.
Biarkan saja bila dr. Lois tidak terdaftar dalam IDI atau bukan anggota IDI walaupun dirinya seorang dokter. Walaupun tidak anggota IDI tapi analisa dr Lois Owien yang cerdas, kritis, tajam dan jujur melebihi para anggota IDI umumnya.
Beliau dr. Lois berani bersuara dengan jujur dan peka untuk membuka kejanggalan, kenapa berbagai kasus-kasus kematian covid 99% terjadi di RS (Rumah Sakit)? Ada apa sebenarnya dengan RS? Kenapa telah begitu banyak memakan korban yang terbunuh yang akhirnya banyak pasien nyawanya melayang justeru setelah pasien berada di RS.
Sebenarnya ini semua sudah terjawab sebab-sebab kematian di RS dengan penelitian, investigasi dan fakta bukti di lapangan.
Jika ini terus dibiarkan akan menambah banyak memakan korban. Orang awam tidak akan tau apa-apa, harus manut dan percaya saja kata dokter. Seolah-olah penyebabnya adalah virus corona sebagai penyebab kematian, padahal hakekatnya terkena drug poisoning
(keracunan obat) atau komplikasi obat di RS.
Memang harus ada orang-orang yang berani tampil dari para dokter Indonesia dan saintis medis untuk berbicara KEBENARAN ditengah-tengah badai serangan senjata biologis “covid” atau “isu pandemi.”
Dokter Lois, seorang dokter yang jujur, yang telah bikin panik pemerintah dan “dokter-dokternya”, karena dia bukan dokter biasa.
Oleh: Kanjeng Senopati –Healing Therapist Practitioner
Komentar